ArtikelLiterasiPratama Media News Lampung UtaraReligius

Berharap Dicintai Allah Subhanahu Wa Ta’ala

"Oleh karena itu, kita harus secara sungguh-sungguh melaksanakan ibadah fardhu dengan tidak menganggap ringan ibadah-ibadah sunnah, ini adalah persyaratan yang harus dipenuhi bagi yang ingin dicintai Allah SWT"

Pratama Media News, Lampung Utara – Artikel berjudul “Berharap Dicintai Allah Subhanahu Wa Ta’ala” merupakan tulisan dari Drs. H. Makmur, M.Ag., seorang ulama dan pendakwah asal Kabupaten Lampung Utara.

Dalam sebuah Hadist Qudsi, Allah SWT berfirman: ”Sesungguhnya Allah SWT jika mencintai seorang hamba, maka Dia memanggil malaikat Jibril dan berkata: “Wahai Jibril, aku mencintai orang ini maka cintailah dia, maka Jibril pun mencintainya, lalu Jibril mengumumkannya kepada seluruh penduduk langit dan berkata: Wahai penduduk langit, sesungguhnya Allah mencintai orang ini, maka cintai pulalah dia oleh kalian semua, maka seluruh penduduk langit pun mencintainya. Kemudian orang itu pun dicintai oleh segenap makhluk Allah di muka bumi ini.” (HR. Bukhari)

Hadist di atas menjelaskan kepada kita bahwa jika Allah sudah mencintai manusia, maka seluruh makhluk Allah pun akan ikut mencintainya. Baik makhluk yang ada di langit maupun makhluk Allah yang ada di bumi. Tentu saja hal ini akan menjadi dambaan seluruh hamba-Nya yang ada di jagat raya ini. Atau dengan kata lain, tidak ada seorang hamba pun di dunia ini yang tidak ingin dicintai Allah SWT.

Mengapa demikian?

Karena, jika seseorang telah dicintai oleh Allah, maka hidupnya terasa tenang, damai, dan tentram penuh kasih sayang, perlindungan dan rahmat-Nya selalu menyertainya. Apa yang diminta akan diberi, apa yang diinginkan akan terkabul. Segala kebutuhannya akan dipenuhi, dan di akhirat mendapatkan ridho dan perlindungan-Nya dari siksa api neraka. Tentu kita akan merasa nyaman menjadi orang sepeti ini.

Pertanyaannya, siapa orang yang akan menjadi kekasih Allah yang akan senantiasa dicintainya, jawabnya sangat sederhana yaitu orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah, sebagaimana dijelaskan dalam hadist Qudsi yang lain “Ketahuilah sesungguhnya para Waliyullah tidak merasa takut dan sedih, mereka adalah orang-orang yang beriman dan selalu bertaqwa.”

Orang yang beriman dan bertaqwa dalam konteks ini adalah orang yang senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dalam waktu dan kondisi apapun, dan selalu melibatkan Allah dalam setiap persoalan yang di hadapinya. Setiap langkah hidupnya tentram dan dapat memberikan ketentraman pada orang lain, senantiasa menjaga amanah, jujur dalam setiap tindakannya, menghargai orang lain, setia kawan dan amal sholeh yang lainnya. Dan tentu saja iman dan taqwanya dibuktikan dengan cara istiqomah (terus menerus) melaksanakan perintah Allah dan Rasulnya serta menjauhi segala hal yang menjadi larangannya.

Baca juga lainnya:
Berdakwah Yang Sejuk

Terlebih dalam hal ubudiyah mahdhoh (ibadah pokok), maka ia harus konsisten menjaga secara terus menerus, baik itu ibadah yang bersifat fardhu maupun ibadah sunnah.

Dalam hadist Qudsi Allah berfirman: “Barang siapa yang memusuhi Wali-Ku maka sungguh Aku umumkan perang atasnya. Dan tidak ada (jalan) yang dilakukan hamba-Ku dalam rangka mendekatkan diri pada-Ku lebih Aku cintai selain dari apa yang Aku fardhukan atasnya. Apabila hamba-Ku terus menerus melakukan pendekatan diri (taqarrub) kepada-Ku dengan amalan nawafil (sunnah) sampai Aku mencintainya. Bila Aku mencintainya, Aku akan menjadi pendengarnya bila ia mendengar, penglihatannya bila ia melihat, tangannya bila ia memikul, kakinya apabila ia berjalan, dan apabila ia meminta pasti Aku kabulkan dan apabila ia minta perlindungan pasti Aku lindungi. Tidak ada sedikitpun Aku melakukan sesuatu seperti keraguan-Ku (mencabut) jiwa (nyawa) seorang mukmin yang membenci kematian, sedangkan Aku tidak mau menyakitinya.” (HR. Imam Bukhori).

Melalui Hadist Qudsi ini, kita bisa memahami bahwa seorang hamba yang sangat istimewa di hadapan Allah SWT adalah seorang hamba yang mampu memadukan antara suatu kewajiban (fara’idh) dengan amalan sunnah (nawafil). Tidak ada artinya amalan sunnah, atau ibadah-ibadah yang sifatnya sekunder di saat hal-hal yang lebih wajib ditinggalkan.

Kita mengerjakan shalat sunnah Dhuha atau shalat Qobliyah dan Ba’diyah misalkan, tetapi harus juga dengan tidak meninggalkan kewajiban shalat yang lima waktu (fardhu). Kita menunaikan haji ke Baitullah untuk yang kesekian kalinya, tetapi juga harus dengan melihat apakah orang-orang miskin di sekeliling kita sudah tercukupi semua. Jangan sampai kita selalu melaksanakan ibadah sunnah yang dianjurkan oleh baginda Rasulullah SAW, tetapi kita tidak menjaga tali silaturrahmi yang wajib.

Di saat kita bisa memadukan atau mengerjakan antara amalan-amalan yang wajib dan sunnah, maka di saat itulah seorang manusia menjadi lebih istimewa di hadapan Allah SWT. Namun yang perlu untuk selalu kita ingat adalah, bahwa ibadah itu bukan hanya sebatas melaksanakan kewajiban kepada Allah, tetapi juga harus bisa merealisasikan nilai-nilai ibadah tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dan yang lebih penting juga, ibadah yang dilakukan harus dilandasi dengan keimanan dan keikhlasan dalam mengerjakannya. Tanpa keimanan dan keikhlasan, maka semua itu akan hampa, tiada artinya.

Oleh karena itu, kita harus secara sungguh-sungguh melaksanakan ibadah fardhu dengan tidak menganggap ringan ibadah-ibadah sunnah, ini adalah persyaratan yang harus dipenuhi bagi yang ingin dicintai Allah SWT.

Salah satu contoh amalan yang disukai Allah adalah shalat malam secara istiqomah, sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Bukhori dari Abu Hurairah ra:

“Jika telah lewat tengah malam atau sepertiga malam yang akhir, Allah Yang Maha Mulia dan Agung turun ke langit yang paling rendah (langit dunia), lalu berkata: Adakah orang yang meminta kepada-Ku saat ini, pasti akan aku beri, adakah orang yang memohon ampun, pasti aku ampuni, adakah orang yang bertaubat, pasti aku berikan taubat-Ku, adakah orang yang memerlukan-Ku, pasti akan aku penuhi. Dan itu terjadi setiap malam hingga terbit fajar.” (HR. Bukhari).

Hal ini diperkuat oleh Al-Qur’an surat Al-Isra 79: “Dan pada sebahagian malam hari bershalat tahajud lah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.”

Hadist dan ayat diatas, merupakan salah satu contoh ibadah yang disukai Allah SWT, masih banyak ibadah sunnah lainnya yang disukai Allah dan bagi yang melaksanakannya dengan ikhlas ia akan dicintai oleh Allah.

Oleh karena itu, alangkah baiknya jika kita menyembah, tunduk dan patuh kepada Allah SWT hanya atas dasar cinta kita kepada-Nya, dilandasi dengan kesungguhan dan keikhlasan bukan dilandasi oleh keterpaksaan, atau bahkan dilandasi rasa takut atas murka dan siksanya, walaupun hal itu juga tidak buruk. Semoga kita termasuk orang yang dicintai Allah SWT.

Wallahu A’lam Bishawab.

***

Judul: Berharap Dicintai Allah Subhanahu Wa Ta’ala
Penulis: Drs. H. Makmur, M.Ag.
Editor: Suprianto

Sekilas tentang penulis:
Drs. H. Makmur, M.Ag., atau yang akrab disapa Abah Amung, lahir di Lampung, 53 tahun yang lalu. Pendidikan formal hingga tingkat SLTA dijalaninya di kota kelahirannya ini, sedangkan pendidikan tinggi ditempuhnya di S2 UIN (dulu IAIN) Raden Intan Lampung.

Drs. H. Makmur, S.Ag. – (Sumber: Koleksi pribadi)

Penulis, sejak masih menjadi Mahasiswa sudah aktif berorganisasi, dan pernah menjadi Ketua Umum Senat Mahasiswa dan Pengurus PMII Lampung.

Disela waktu senggangnya menjalani profesi sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN), Abah Amung juga menuangkan pemikirannya dalam tulisan. Topik tulisannya tidak terbatas pada latar belakang keagamaan, tetapi juga menyangkut bidang ekonomi, sosial, politik, budaya, dan humaniora.

Dalam keorganisasian, beberapa jabatan organisasi yang pernah Abah Amung emban adalah:

1. Pengurus KNPI Way Kanan
2. Ketua GP Ansor Cabang Way Kanan
3. Sekretaris MUI Lampung Utara
4. Ketua IPHI Lampung Utara
5. Ketua DMI Lampung Utara

Dan sekarang tengah menjabat sebagai Wakil Ketua PWNU Provinsi Lampung.

Penulis dikaruniai 4 orang anak hasil pernikahannya dengan Hj. Deska Merly, S.Ag, M.M., yang selain menjadi ibu rumah tangga juga meniti karir sebagai ASN. Saat ini menetap di Lampung Utara.

Aktivitasnya selain menulis dan berdakwah, juga mengikuti berbagai seminar dan webinar, serta memenuhi undangan sebagai narasumber di beberapa event.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button